Blog Archives

MANAQIB

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

 

Sudah sekian lama sejak terakhir kali membuat posting di blog saya inih, sampai-sampai tadi sudah lupa passwordnya apa, hehehehehe :p

 

Jadi tadi ceritanya saya lagi buka catatan-catatan saya di Evernote, dan nemu sebuah note yang saya buat ketika menghadiri undangan tetangga saya di komplek perumahan untuk, hmmm…, berhadir di acara selamatan rumahnya. Gak terlalu jelas juga sih selamatannya itu dalam rangka apa, atau memenuhi nazar apa, yang pasti ada acara makan-makannya, hehehehehe. 😀

 

Nah ternyata dalam acara tersebut, salah satu menu acaranya adalah pembacaan manaqib. Suatu kegiatan yang sebelum itu saya berusaha menghindari, dan ternyata tetap ketemu juga :p. Saat itu, (well, sampai saat ini juga sih), saya berpikirnya adalah pembacaan manaqib itu suatu ibadah yang tidak jelas dasar hukumnya. Namun karena saat itu saya sudah kadung berada di rumah tetangga saya, dan ngambil posisi duduknya pas di tengah ruangan, jadi ya saya coba dengerin dulu deh bagaimana sebenarnya pembacaan manaqib ituh. Yang saya tahu pada awalnya adalah pembacaan manaqib itu adalah membaca cerita-cerita ttg sahabat nabi atau ulama-ulama zaman dahulu. Asumsi saya waktu itu adalah pembacaan itu adalah membaca cerita yang dituliskan dalam bahasa arab. Namun sebagaimana yang saya ketahui kemudian, ternyata pembacaan manaqib itu hanya bercerita dan ceritanya dalam bahasa Indonesia, atau dalam kesempatan itu, dalam bahasa Banjar.

 

Nah jadi dalam sesi manaqib, sang Tuan Guru menceritakan faedah-faedah yang terkait dengan pembacaan manaqib ini. Dan pada bagian inilah saya mulai tertarik untuk mendengarkan. Jadi beberapa faedah yang disampaikan oleh sang Tuan Guru adalah :

1. Mengingat akan orang saleh atau wali itu bisa menghapus dosa.

2. Mengingat akan kematian itu bernilai sama dengan memberikan sedekah

 

Okay, basically berdasarkan apa yang Tuan Guru bilang tersebut, tidak terlalu sulit buat umat muslim untuk menghapus dosa. Cukup mnengingat orang saleh atau wali, and voila, dosa kita ada kemungkinan terhapus. Dan tentang sedekah, gak perlu lagi kita memberikan sedekah. Cukup dengan mengingat akan kematian, maka kita sudah mendapat manfaat seperti bersedekah. Entah deh darimana bapak Tuan Guru itu mendapat dalil-dalil tersebut. Atau memang mungkin saya yang tidak mengetahu tentang dalil-dalil tersebut.

 

Dan ohya, satu lagi, bapak Tuan Guru tersebut juga bilang bahwa Lailatul Qadar tersebut itu terjadi lebih dari satu kali dalam satu bulan Ramadhan. Again, entah deh darimana beliau dapat referensi untuk pernyataan tersebut. Hal ini beliau sampaikan ketika menceritakan sang tokoh ulama yang menjadi sentral cerita malam tersebut. Dikisahkan bahwa ulama tersebut telah mendapatkan malam Lailatul Qadar-nya ketika beliau masih berada di dalam kandungan ibunya. Dan ketika ulama tersebut sudah mulai banyak berdakwah dan mengajarkan ilmunya, beliau pernah mendapatkan malam Lailatul Qadar lebih dari sekali di bulan Ramadhan. Now, this is what I call as a brand new information Smile

 

Akhir kata, mungkin seharusnya saya menanyakan hal-hal yang saya ungkapkan disini, langsung kepada Bapak Tuan Guru tersebut. Namun karena saya sudah ngantuk, akhirnya saya putuskan untuk pulang saja kerumah dan mencari sendiri keterangan tentang hal2 tersebut dilain waktu Smile